Jumat, 30 November 2012

Album PPL-KKN Integratif 2012

PPL-KKN Integratif adalah program praktek lapangan bagi para mahasiswa yang sedang mengikuti program PPL dan KKN secara bersamamaan dalam satu lokasi lembaga pendidikan yang telah disediakan dan bekerjasama dengan Universitas. Dari PPL-KKN Integratif angkatan tahun 2012 kelompok 19 jalankan program tersebut bertempat di SMK N 1 Seyegan yaitu sebuah lembaga pendidikan Menengah Atas kejuruan di Kabupaten Sleman.




Kegiatan MOPDB

Senin, 16 April 2012

PEMBAHASAN A. Teori Behavioristik Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasilJelasnya, aliran ini memandang bahwa hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang diterimanya (Muhaimin, 2002: 196). Berdasarkan hal tersebut diatas, teori behavioristik juga sering disebut dengan teori stimulus-respons belajar. Beberapa teori yang termasuk kategori aliran behaviorisme adalah koneksionisme, pembiasaan klasik (classical conditioning), pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) dan Social Learning. a. Teori Thorndike Koneksionisme atau Bond-Psychology (1874-1949), Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula sekali Thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan pancaindera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru. Proses belajar mengikuti tiga hokum, yaitu hokum kesiapan, latiahn, dan hokum efek. Hukum kesiapan (law of readness), merupakan aktivitas belajar yang dapat langsung efektif dan efisien bila subyek telah memiliki kesiapan belajar. Hukum latihan (law of exercise), merupakan koneksi antara kondisi dan tindakan yang akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum Efek (law of effect ), menyatakan bahwa aktifitas belajar yang memberi efek menyenangkan akan terjadi sebaliknya. Ketiga hukum tersebut, dikenal adanya transfer training. Konsep transfer training bertolak dari teori unsur identik yang menyatakan bahwa hasil latihan pada sesuatu kecakapan dapat di transfer pada kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik. Adapun hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut: 1. Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus. 2. Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkat yang penting melalui sikap siswa itu sendiri. 3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimulus yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan “perubahan asosiatif”. 4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analog dengan situasi-situasi terdahulu. 5. Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi itu. b. Ivan Petrovich Pavlov Pavlovianisme (Classical Conditioning) (1849-1936), Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) sebagaimana telah diuraikan di awal. Seperti halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006: 115). Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu (Sanjaya, 2006: 116). Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Syah, 1999: 106). Teori ini disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta untuk membedakan dari teori conditioning lainnya (Djaali, 2007: 85). Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubhan yang di tandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperimen E.L Thondike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang di anggap sebagai pendahulu dan anutan Thondike yang behavioriatik itu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu di sertai dengan stimulus penguat (UCS), Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat ahlinya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini (CR). Selanjutnya, Skiner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung da;am eksperimen Pavlov itu tunduk kepada dua macam hokum yang berbeda yakni low of respondent conditioning dan low of responden extinction. Secara harfiah low of respondent conditioning adalah hukum pemusnahan yang di tuntut. c. Teori Skinner (Operant Conditoning) Seperti Pavlov dan Watson, skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respin, tetapi berbeda dengan kedua tokoh tersebut, yang terdahulu itu. Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. B. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. 1. Teori Behaviorisme Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain : a. Aplikasi Teori Pavlov Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dengan adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh , tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya. Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya. Pada awal masuk kelas, guru memberikan kenyamanan pada siswa sehingga siswa merasa aman untuk melanjutkan pembelajaran. Sebagai pembukaan guru dapat bertanya kepada siswa tetang kabar mereka, keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka dan apakah siswa sudah siap untuk belajar.Dalam pembukaan pembelajaran guru memberikan motivasi, untuk memberikan stimulus guru dapat memberikan makanan kecil pada siswa apabila siswa dapat menjawab pertanyaan (respon).Hal ini untuk membangkitkan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian bila stimulus ini terjadi terue- menerus akan menjadikan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran guru hendaknya menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan hangat, sehingga kelas menjadi satu kesatuan (saling berhubungan) dengan emosi positf (adanya hubungan persahabatan/kekerabatan) Guru berusaha agar siswa merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas, misalnya, pada diskusi kelas guru merangsang siswa untuk berpendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. Pada pembelajaran dalam tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome – masukan positif). Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan ”apa pendapatmu tentang masalah ini”, atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini”. Dengan kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpendapat. Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/ segan untuk merespon, maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa memberi jawaban yang dapat diterima. b. Aplikasi Teori Thorndike i. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya. ii. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill. iii. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar. c. Aplikasi Teori Skinner Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin. a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat. c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. d. Materi pelajaran digunakan sistem modul. e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic. f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu) k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. l. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping. m. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan. n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine. o. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks. C. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Aplikasi Teori Thorndike dalam PAI Jadi, teori koneksionisme cocok bila diterapkan dalam PAI. Sebab dalam koneksionisme, belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Artinya, dalam belajar PAI hal utama yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar PAI, dimana asa puas yang ditimbulakan akan mendorong pembelajaran. Selain stimulus-respon, teori ini juga sering disebut dengan “trial and error” yang berarti berani mencoba tanpa takut salah. Jadi, dalam belajar PAI siswa diharapkan untuk berani mencoba mempelajari PAI. Sehingga siswa menemukan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Umpanya, dalam mata pelajaran PAI siswa diberi beberapa pertanyaan dan siswa juga dituntut untuk dapat menjawabnya tapi dengan teori koneksionisme trial and error siswa diberi kesempatan untuk berani menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa rasa takut salah dalam menjawab dan akan tetap terus berusaha sehingga ia dapat menjawab pertanyan tersebut dengan sempurna. b. Aplikasi Teori Pavlov dalam PAI Jadi teori classical conditioning juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali. Atau dengan perkataan lain, ulangan –ulangan dalam hal belajar adalah penting. Sebagai contoh; siswa-siswa sedang membaca do’a diawal pelajaran (UR) apabila melihat seorang guru hendak masuk kelas (US) mulanya berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel masuk kelas (CS) bersama-sam dengan datangnya guru ke kelas (UCS). Setelah kegiatan berulang-ulang ini selesai, suatu hari suara bel masuk kelas tadi berbunyi tanpa disertai dengan kedatangan guru ke kelas ternyata siswa-siswa tersebut tetap membaca do’a juga (CR) meskipun hanya mendengarkan suara bel. Jadi (CS) akan menghasilkan (CR) apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama. Selain itu, Jika guru berharap siswa dapat menghapalkan materi berupa ayat pada surat Al Waqi`ah (di mana siswa harus hapal semua ayat), dan ternyata siswa ini dapat menghapalkannya. Kemudian dalam kondisi seperti ini anak tidak mendapatkan nilai akhir (raport) yang lebih baik (dibanding dengan kawan yang lain), maka jika kelak suatu ketika ia diminta untuk menghapalkan lagi dia tak akan berusaha menghapalkannya (karena ia tahu hapal pun besok tidak akan mendapat nilai yang baik). Dalam segmen bagian akhir dari contoh di atas, anak diminta menghapalkan suatu ayat dan kepadanya disediakan pula sejumlah hadiah (misalnya gratis SPP) setiap saat, maka anak itu dengan sendirinya akan terus berusaha untuk dapat menghapalkan ayat dimaksud (karena ia tahu hal ini akan membawa hasil, yaitu mendapatkan hadiah). c. Aplikasi Teori Skinner dalam PAI Dalam penerapanya teori operant conditioniang juga cocok bagi PAI, sebab dalam teori ini “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatis suatu perilaku akan dihambat. Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan oleh murid. Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Sebagai contoh; murid yang tidak menghafalkan pelajaran Qur’an hadits selalu disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya. Sebaliknya jika ia sudah hafal maka ia disuruh duduk kembali dan dipuji oleh gurunya. Lama-kelamaan anak itu belajar menghafal setiap pelajaran Qur’an hadits. PENUTUP Kesimpulan: Dari pemaparan teori belajar behaviouristik dapat disimpulkan bahwa: 1. Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. 2. Ivan Petrovich Pavlov mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. 3. Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. 4. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia DAFTAR PUSTAKA Wuryani Djiwandono, Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo Sumadi, Suryabrata, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak ' manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku). Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori belajar yang pada dasarnya menitikberatkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Timbulnya paham Behaviorisme atau teori tingkah laku disebabkan adanya kekurangan pada paham-paham sebelumnya seperti “strukturalisme” dan “Fungsionalisme”, akibat yang paling parah dialami oleh paham strukturaliesme adalah mengabaikan arah yang ditempuh oleh para ahli psikologi yang mengutamakan penerapan yang salah satunya dengan menolak konsep evolusi. Kaum fungsionalisme yang membela pendapatnya bahwa psikologi hanya meliputi studi tingkah laku, fungsi proses mental dan hubungan antara pikiran-badan dan tidak termasuk digunakan dalam dunia pembelajaran serta tidak mampu menyusun metoda penelitian yang tepat batasannya dan pokok kajiannya, sehingga membuat kedua paham ini berakhir, sehingga muncul paham baru yaitu, Behaviorisme. Dalam dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat dikenal adalah teori “Classical Conditioning” dari Ivan Pavlov, “Connectionism: dari E. L. Thorndike, “Hypothetic Deductive” dari Clark L. Hull dan “Operant Conditioning” dari BF. Skinner. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep teori belajar behaviouristik menurut beberapa ahli? 2. Bagaimana penerapan teori behaviouristik dalam pembelajaran di kelas? 3. Bagaimana penerapan teori behaviouristik dalam pendidikan agama Islam?

Minggu, 15 April 2012

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA REMAJA

A. Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan anak sangat cepat antara umur 3-6 tahun. Dalam tahun-tahun ini, mereka mulai menggunakan keterampilan fisik untuk mencapai tujuan secara kognitif mereka mulai berkembang dan mengerti sekolah dari hubungan mereka dengan dunia sekitar. Perkembangan anak memiliki aspek-aspek yang saling berhubungan antara lain;
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak ditandai dengan kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat dari pada kepala mereka. Selama masa ini, anak-anak juga mengalami perkembangan yang menunjuk sebelah sisi tubuh, hal ini dapat diobservasi ketika mereka menggunakan tangan yang satu lebih sering dan lebih cepat dari yang lain. Tang terpenting pada masa ini adalah bertambahnya kontrol anak terhadap gerakan-gerakan dari yang tidak teratur menjadi teratur dan terarah. Mereka dapat berjalan, berlari, menulis, dan lain-lain.
2. Kemampuan Kognitif
Pada pandangan Piaget bahwa kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dia mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi pada manusia dari lahir sampai dewasa. Kali ini akan kita sampaikan tahap pada masa kanak-kanak pada dua tahap terdahulu yaitu Sensori-motorik (0-2 tahun), dan Praoperasional (2-7 tahun).
a) Tahap sensori motorik ( 0-2 tahun )
Tahap ini menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktifitas pada waktu itu. Permanensi objek diperlukan sebelum anak dapat menyelesaikan masalah dan menggunakan simbol-simbol mental atau kesan-kesan.
b) Tahap Praoperasional ( 2-7 tahun )
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikirnya egosentris dan berpusat. Berpikir egosentris adalah salah satu keterbatasan yang dihadapi oleh anak-anak, yakni ketidakmampuan mereka untuk memahamilebih dari satu aspek masalah pada waktu yang sama. Anak cenderung memusatkan pada satu aspek masalah. Contohnya anak usia 4 tahun diberikan 2 gelas pendek yang diisi air yang sama banyak. Kemudian, yang satu gelas lagi dituangkan ke dalam gelas yang kecil dan tinggi, sehingga air yang digelas itu terlihat lebih tinggi. Anak itu ditanya mana yang lebih tinggi, gelas yang pertama atau yang kecil yang lebih tinggi. Dia menjawab gelas yang kecil yang lebih tinggi. Orang dewasa dapat dari satu aspek dalam waktu yang sama, sedangkan anak belum dapat melakukan.
3. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa verbal atau bahasa yang diucapkan tidak hanya memerlukan belajar kata-kata, tapi juga belajar tata bahasa dan aturan-aturan dalam membuat kalimat. Pada usia sekitar 5-6 tahun, anak-anak sering bermain dengan bahasa atau bereksperimen dengan aturan-aturan dan pola-pola bahasa. Sering eksperimen ini meliputi perubahan suara, pola, dan arti, misalnya “Ah, jangan diganggu, nenek sudah tua”, Anak menjawab : “Ah, nenek belum aut.” Anak-anak akan sering mengubah kata untuk menciptakan kata-kata baru, dan kalimat-kalimat lucu. Dalam hal membaca, anak-anak yang belum sekolah mulai mengerti bahasa tulisan. Dengan mulai dari melihat huruf, anak mulai menerka bagaimana bunyinya.
4. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh lain, termasuk anggota keluarga. Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang paling kuat pada anak-anak. Masing-masing punya gaya tersendiri. Ada yang authoritarian parent/ otoriter, ada orang tua yang permissive/ membebaskan, dan authoitative/ dapat dipercaya atau dalam arti menghargai kemampuan anak secara langsung pada waktu anak bertingkah laku. Sedang pada masa awal anak-anak, teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat dalam perkembangan, guru dapat membantu anak-anak yang mempunyai kesulitan sosial dengan mengatur situasi kelas yang akan membantu mereka memperbaiki keterampilan sosialnya. Interaksi teman sebaya dapat didorong dengan menggunakan kelompok kecil permainan dan materi bahan pelajaran yang melibatkan banyak anak dan kegiatan, seperti sosiodrama.



5. Perkembangan Moral
Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui oleh masyarakat merupakan proses yang panjang, lama, dan terus berlanjut sampai usia remaja. Teori perkembangan Piaget mengemukaan tahap-tahap perkembangan moral baru dimulai kira-kira umur 6 tahun dan tahap itu terdiri dari dua tahap yaitu, pertama adalah heteronomous morality ( tunduk pada peraturan yang berlaku tanpa penalaran dan penilaian. Kedua adalah moralitas otonom (otonomous morality), adanya perubahan dalam pikiran moral karena faktor interaksi lingkungan. Ini memungkinkan anak untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
6. Pengajaran Sebelum Sekolah dan di Taman Kanak Kanak
a) Mendorong perkembangan Kognitif dan Bahasa
b) Mendorong Perkembangan Sosioemosional
7. Pengajaran di Sekolah Dasar
Satu Prinsip yang penting bahwa anak SD masih dalam tahap perkembangan operasional konkret. Maka pengajaran di SD harus sekonkret mungkin dan betul-betul dialami. Anak-anak pada tahap ini juga mulai kritis terhadap perkembangan moral. Guru dapat menunjukkan keterbukaan, kekonsistenan, kesopanan, bijaksana,dll.


B. Perkembangan Masa Praremaja
1. Perkembangan Fisik
Selama perkembangan di sekolah dasar, anak akan mendekati akhir masa kanak-kanak an masuk pra remaja. Masa ini disebut masa transisi. Pada umur 9-10 tahun banyak anak perempuan yang tumbuh terus hingga usia 18 tahun. Dimulai denngan makin panjangnya tangan dan kaki secara cepat, dibarengi dengan perubahan ukuran tubuh.
2. Perkembangan Kognitif
Berpikir logis adalah sifat-sifat/ ciri pada masa ini. Anak-anak mengerti klasifikasi, subklasifikasi, multipleklasifikasi. Perkembangan yang lainnya seperti penguasaan konsep, tetapi tidak berubah.
3. Perkembangan Sosioemosional
Pada masa ini hubungan antar teman menjadi sangat penting. Diterima oelh kelompok dan menjadi anggota kelompok adalah tujuan utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak telah mempercayakan temannya sebagai sumber sosial. Emosi lain dari masa ini meliputi marah, merasa bersalah, iri hati, frustasi.

C. Perkembangan Selama Masa Remaja
Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Masa remaja lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira 14-16 tahun. Remaja akhir kira-kira berumur 18 tahun sampai 20 tahun ditandai dengan transisi.
1. Perkembangan Fisik
Tujuan remaja adalah untuk dapat berproduksi. Remaja dihadapkan pada potensi baru yang meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik, dan eksperimen. Kegiatan seksual mengharuskan remaja berhadapan dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik dengan orang tua, dan kehamilan.
2. Perkembangan Kognitif
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional. Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Mereka menilai pengalaman adalah masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar-menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan berpikir secaa operasional. Kemampuan lain dari remaja ialah kemampuan untuk memberi alasanyang masuk akal tentang situasi dankondisi yang tidak dialami. Remaja dapat menerima pikiran-pikiran orang laindemi menjaga ketertiban diskusi.
3. Perkembangan Sosioemosional
Perubahan fisik dan intelektual remaja dapat berpotensi mengacaukan perasaan dan pribadi anak secara keseluruhan. Tugas Psikososial remaja adalah menciptakan suatu perasaan yang erikson sebut sebagai ego identity. Dalam pencapaiannya tergantung pada aktifitas.
a) Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
b) Mereka mencari sesuatu yang sudah lalu
c) Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta pendapat mereka
Perkembangan kepribadian lain yang penting adalah tuntutan otonomi yang bertambah untuk menentukan dirinya sendiri. Selain itu, tugas remaja adalah mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain secara akrab dan mulai mengembangkan hubungan yang akan menuju piihan partner untuk kepuasan seks.
4. Pengajaran di Sekolah Menegah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
Tantangan yang paling penting bagi guru ialah menampung fakta bahwa keterampilan remaja berkembang sama seperti mereka sendiri. Tujuan utama pendidikan adalah menantang atau membiarkan siswa untuk menjelajahi dan berkonfrontasi dengan ide-ide penting.
Sekolah yang baik memberikan banyak kesempatan bagi ramaja untuk menyelidiki potensi yang ada pada mereka untuk perkembangan yang akan datang. Dalam mendorong perkembangan pribadi dan sosial, jika sekolah merupakan tempat pengalaman-pengalaman mereka, pendidik harus tetap mempunyai perhatian terhadap kemampuan pribadi untuk berhubungan denga orang lain.
5. Masalah-masalah Remaja
a) Kenakalan remaja
Masalah yang serius dikalanga remaja adalah kenakalan remaja. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja adalah suatu penyesuaian diri yaitu respon terhadap lingkungan yang tidak cocok.
b) Gangguan Emosi
Usia remaja rentan mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan hingga mencoba bunuh diri. Sehingga terjerumus pada kenakalan remaja.
c) Penyalahgunaan Obat bius dan Alkohol
Banyak remaja yang menggunakan narkoba karena mula-mula iseng, rasa ingin tahu, dan sekedar ikut-ikutan teman. Ada juga pakai narkoba karena ingin mendapatkan status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas egonya serta menjaga gengsi.
d) Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah diantara bbeberapa kelompok remaja gadis, terutama pada masyarakat yang kurang mampu.
PEMBAHASAN


A. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasilJelasnya, aliran ini memandang bahwa hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang diterimanya (Muhaimin, 2002: 196).
Berdasarkan hal tersebut diatas, teori behavioristik juga sering disebut dengan teori stimulus-respons belajar.
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran behaviorisme adalah koneksionisme, pembiasaan klasik (classical conditioning), pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) dan Social Learning.

a. Teori Thorndike
Koneksionisme atau Bond-Psychology (1874-1949), Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula sekali Thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan pancaindera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak (impulse to action).
Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru. Proses belajar mengikuti tiga hokum, yaitu hokum kesiapan, latiahn, dan hokum efek. Hukum kesiapan (law of readness), merupakan aktivitas belajar yang dapat langsung efektif dan efisien bila subyek telah memiliki kesiapan belajar. Hukum latihan (law of exercise), merupakan koneksi antara kondisi dan tindakan yang akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum Efek (law of effect ), menyatakan bahwa aktifitas belajar yang memberi efek menyenangkan akan terjadi sebaliknya. Ketiga hukum tersebut, dikenal adanya transfer training. Konsep transfer training bertolak dari teori unsur identik yang menyatakan bahwa hasil latihan pada sesuatu kecakapan dapat di transfer pada kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik. Adapun hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus.
2. Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkat yang penting melalui sikap siswa itu sendiri.
3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimulus yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan “perubahan asosiatif”.
4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analog dengan situasi-situasi terdahulu.
5. Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi itu.



b. Ivan Petrovich Pavlov
Pavlovianisme (Classical Conditioning) (1849-1936), Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) sebagaimana telah diuraikan di awal. Seperti halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006: 115).
Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu (Sanjaya, 2006: 116). Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Syah, 1999: 106).
Teori ini disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta untuk membedakan dari teori conditioning lainnya (Djaali, 2007: 85).
Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubhan yang di tandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperimen E.L Thondike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang di anggap sebagai pendahulu dan anutan Thondike yang behavioriatik itu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu di sertai dengan stimulus penguat (UCS), Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat ahlinya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini (CR).
Selanjutnya, Skiner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung da;am eksperimen Pavlov itu tunduk kepada dua macam hokum yang berbeda yakni low of respondent conditioning dan low of responden extinction. Secara harfiah low of respondent conditioning adalah hukum pemusnahan yang di tuntut.

c. Teori Skinner (Operant Conditoning)
Seperti Pavlov dan Watson, skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respin, tetapi berbeda dengan kedua tokoh tersebut, yang terdahulu itu. Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

B. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :

a. Aplikasi Teori Pavlov
Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dengan adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh , tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
Pada awal masuk kelas, guru memberikan kenyamanan pada siswa sehingga siswa merasa aman untuk melanjutkan pembelajaran. Sebagai pembukaan guru dapat bertanya kepada siswa tetang kabar mereka, keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka dan apakah siswa sudah siap untuk belajar.Dalam pembukaan pembelajaran guru memberikan motivasi, untuk memberikan stimulus guru dapat memberikan makanan kecil pada siswa apabila siswa dapat menjawab pertanyaan (respon).Hal ini untuk
membangkitkan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian bila stimulus ini terjadi terue- menerus akan menjadikan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru hendaknya menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan hangat, sehingga kelas menjadi satu kesatuan (saling berhubungan) dengan emosi positf (adanya hubungan persahabatan/kekerabatan) Guru berusaha agar siswa merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas, misalnya, pada diskusi kelas guru merangsang siswa untuk berpendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.
Pada pembelajaran dalam tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome – masukan positif). Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan ”apa pendapatmu tentang masalah ini”, atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini”. Dengan kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpendapat. Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/ segan untuk merespon, maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa memberi jawaban yang dapat diterima.

b. Aplikasi Teori Thorndike
i. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
ii. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
iii. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
l. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

C. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Aplikasi Teori Thorndike dalam PAI
Jadi, teori koneksionisme cocok bila diterapkan dalam PAI. Sebab dalam koneksionisme, belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Artinya, dalam belajar PAI hal utama yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar PAI, dimana asa puas yang ditimbulakan akan mendorong pembelajaran.
Selain stimulus-respon, teori ini juga sering disebut dengan “trial and error” yang berarti berani mencoba tanpa takut salah. Jadi, dalam belajar PAI siswa diharapkan untuk berani mencoba mempelajari PAI. Sehingga siswa menemukan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Umpanya, dalam mata pelajaran PAI siswa diberi beberapa pertanyaan dan siswa juga dituntut untuk dapat menjawabnya tapi dengan teori koneksionisme trial and error siswa diberi kesempatan untuk berani menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa rasa takut salah dalam menjawab dan akan tetap terus berusaha sehingga ia dapat menjawab pertanyan tersebut dengan sempurna.

b. Aplikasi Teori Pavlov dalam PAI
Jadi teori classical conditioning juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali. Atau dengan perkataan lain, ulangan –ulangan dalam hal belajar adalah penting. Sebagai contoh; siswa-siswa sedang membaca do’a diawal pelajaran (UR) apabila melihat seorang guru hendak masuk kelas (US) mulanya berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel masuk kelas (CS) bersama-sam dengan datangnya guru ke kelas (UCS). Setelah kegiatan berulang-ulang ini selesai, suatu hari suara bel masuk kelas tadi berbunyi tanpa disertai dengan kedatangan guru ke kelas ternyata siswa-siswa tersebut tetap membaca do’a juga (CR) meskipun hanya mendengarkan suara bel. Jadi (CS) akan menghasilkan (CR) apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama.
Selain itu, Jika guru berharap siswa dapat menghapalkan materi berupa ayat pada surat Al Waqi`ah (di mana siswa harus hapal semua ayat), dan ternyata siswa ini dapat menghapalkannya. Kemudian dalam kondisi seperti ini anak tidak mendapatkan nilai akhir (raport) yang lebih baik (dibanding dengan kawan yang lain), maka jika kelak suatu ketika ia diminta untuk menghapalkan lagi dia tak akan berusaha menghapalkannya (karena ia tahu hapal pun besok tidak akan mendapat nilai yang baik). Dalam segmen bagian akhir dari
contoh di atas, anak diminta menghapalkan suatu ayat dan kepadanya disediakan pula sejumlah hadiah (misalnya gratis SPP) setiap saat, maka anak itu dengan sendirinya akan terus berusaha untuk dapat menghapalkan ayat dimaksud (karena ia tahu hal ini akan membawa hasil, yaitu mendapatkan hadiah).

c. Aplikasi Teori Skinner dalam PAI
Dalam penerapanya teori operant conditioniang juga cocok bagi PAI, sebab dalam teori ini “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatis suatu perilaku akan dihambat.
Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan oleh murid. Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Sebagai contoh; murid yang tidak menghafalkan pelajaran Qur’an hadits selalu disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya. Sebaliknya jika ia sudah hafal maka ia disuruh duduk kembali dan dipuji oleh gurunya. Lama-kelamaan anak itu belajar menghafal setiap pelajaran Qur’an hadits.




PENUTUP


Kesimpulan:
Dari pemaparan teori belajar behaviouristik dapat disimpulkan bahwa:

1. Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox.
2. Ivan Petrovich Pavlov mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
3. Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin.
4. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia




DAFTAR PUSTAKA

Wuryani Djiwandono, Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Sumadi, Suryabrata, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar





PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak ' manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori belajar yang pada dasarnya menitikberatkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
Timbulnya paham Behaviorisme atau teori tingkah laku disebabkan adanya kekurangan pada paham-paham sebelumnya seperti “strukturalisme” dan “Fungsionalisme”, akibat yang paling parah dialami oleh paham strukturaliesme adalah mengabaikan arah yang ditempuh oleh para ahli psikologi yang mengutamakan penerapan yang salah satunya dengan menolak konsep evolusi. Kaum fungsionalisme yang membela pendapatnya bahwa psikologi hanya meliputi studi tingkah laku, fungsi proses mental dan hubungan antara pikiran-badan dan tidak termasuk digunakan dalam dunia pembelajaran serta tidak mampu menyusun metoda penelitian yang tepat batasannya dan pokok kajiannya, sehingga membuat kedua paham ini berakhir, sehingga muncul paham baru yaitu, Behaviorisme.
Dalam dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat dikenal adalah teori “Classical Conditioning” dari Ivan Pavlov, “Connectionism: dari E. L. Thorndike, “Hypothetic Deductive” dari Clark L. Hull dan “Operant Conditioning” dari BF. Skinner.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori belajar behaviouristik menurut beberapa ahli?
2. Bagaimana penerapan teori behaviouristik dalam pembelajaran di kelas?
3. Bagaimana penerapan teori behaviouristik dalam pendidikan agama Islam?


Minggu, 08 April 2012

PIMPINAN CABANG
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
KECAMATAN GALUR

Sekretariat : Bumirejo, lendah, Kulon Progo, telp 085727371648

SUSUNAN PENGURUS
PIMPINAN CABANG IKATAN PELAJAR MUHAMMAIYAH
KECAMATAN GALUR PERIODE 2011-2013
Resuffle januari 2012


Ketua Umum
Ketua
Ketua Pengkaderan
Ketua KDI
Ketua PIP
Ketua SO
Ketua Ipmawati

   Lutfi Hermawan
   Benny Mu’alim
   Luh Fita Meitasari
   Tri Hendri Kurniawan
   Rosada Dwi Iswari
   Zulfikar Muhammad Reza
   Aisyah Asni

Sekretaris Umum
Sekretaris                   
Sekretaris Perkaderan
Sekretaris KDI           
Sekretaris PIP
Sekretaris SO             
Sekretaris Ipmawati   
   Alia Lulu’ Khusniati
   Rahma Ardianti Farikha
   Nisrina Lutfi Zahran
   Turino
   Titis Mutiara
   Faizatunnisa’ Khoiroti
   Suci Handayani
Bendahara Umum      
Bendahara                  
   Azizah Rukhamaun Nisa
   Yunani
Anggota Perkaderan  
   Nuri Rahmawati
   Nur Hasti Dewi
   Eko Nur Fitriyanto
   Suprihatna
   Satrio

Anggota KDI             
   Edi Apriyanto
   Nurrohman
   Nurun Isni Isnaini
   Zulia Arifah
   Fajri Setiadi

Anggota PIP               :
   Fiki Ratna Sari
   Amalia Anggraeni Zaenatul Jannah
   Fuji Amaliyah
   Maulida Nisa’ul Fitri
   Dofi Oktian
   Annisa Nurul Ummah
Anggota SO               
   Galphina Muniaga
   Fauzan
   Amri Muflihah Hasyim
   Ikhwan Kuncahyo
   Aditya Kusuma Aji
   Hariz Naufal Afif

Anggota Ipmawati     
   Riadus Jannah
   Fatimah Lu’lu’ul Firdaus
   Mardiana
   Anisa Latifah
   Yuli Nur Handayani

Selasa, 03 April 2012

Buku : Sejarah Kesenian Islam jilid 1
Penulis : C.ISRAR
Penerbit : Bulan bintang, jakarta
Tahun : 1978
Tebal : 258

Sejarah Kesenian Islam
A. Pengantar Ke-Kesenian
Sejarah Perkembangan kebudayaan yang menggambarkan hidup dan tumbuhnya kesenian dari masa dahulu kala. Dalam tingkat pertama, manusia membuat alat-alat dan senjata untuk kebutuhan semata, dengan tidak mengindahkan rupa dan bentuknya, tidak dihaluskan dan diukir dan sebagainya. Dalam tingkat kedua, pengalaman hidup mereka sehari hari memberikan dan menimbulkan cara befikir yang baru, ketika tenaga dan alat senjata tidak lagi mempan untuk berhadapan dengan kekuatan alam, mulailah timbul suatu kepercayaan bahwa di atas dunia ini selain ada benda-benda alam, masih ada tenaga-tenaga gaib yang tidak dapat ditentang. Mereka melihat tenaga-tenaga besar itu bersemayam di kayu-kayu besar, gua batu, laut, dan sebagainya.
Tenaga besar itu disebut Dewa yang kemudian diyakini dan harus dilaksanakan apa kehendaknya dengan melakukan berbagai upacara, tarian, serta persembahan lainnya. Tempat pemujaan harus bagus, persembahan harus indah. Maka kesemuanya harus diperindah, diukir, dan sebagainya. Itulah dalam seni primitif, banyak dijumpai alat-alat yang dihiasi dengan ukiran indah yang bersumber dari kepercayaan yang dianut. Dalam perkembangan sejarah kesenian, “kepercayaan” dan “agama” adalah merupakan sumber inpirasi yang amat besar. Doctrinne Buddhisme, mewujudkan Borobudur di Indonesia, Angkor Wat di Kamboja. Umat kristen dengan gereja seperti Sint Peter di Roma, dan tentunya Agama Islam dalam sejarah perkembangannya.

B. Bangsa Arab Pada Zaman Jahiliyyah
Walaupun bangsa arab Jahiliyyah itu, sebagian besarnya hidup dalam kemiskinan, baik marerieel ataupun rohani, tetapi dalam watak mereka yang keras membeku, terselip sifat yang berharga menjunjung tinggi keindahan dan kesenian terutama seni sastra, seni suara dan seni pahat. Di waktu senggang, sambil bergembala, mereka menghabiskan waktu dengan mendengarkan hikayat dan alkisah yang menarik. Cara hidup nomaden, di tengah gurun pasir, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencipta bebas, sehinnga lahir penyair dan ahli kasidah yang ternama seperti Antarah Ibnu syaddad.

C. Muhammad Saw
Nabi Muhammad di besarkan ditengah masyarakat padang pasir, di mana yang berkuasa ialah pujangga dan penyair. Ke tengah masyarakat yang seperti inilah, Nabi Muhammad diutus Tuhan, untuk mengembangkan agama Islam. Oleh sebab itu Tuhan telah menurunkan mu’jizat kepada Nabi Muhammad, bersesuaian dengan keadaan jiwa masyarakat yang dihadapannya.
Di antara mu’jizat-mu’jizat yang terpenting ialah Al-Qur’an yang mulia. Susunan Al-Qur’an itu, jika dipandang dari sudut kesusastraan Arab, nyatalah amat indah gaya bahasanya. Indah dan menakjubkan, mudah difahami, menggetarkan rasa hati mukmin yang mendengarya. Di dalam ayat yang diterakan diatas itu, nyatalah bahwa Al-Qur’an telah membukakan pintu dan memberikan jalan bagi kesenian. Dalam agama islam, keindahan atau kesenian itu adalah perlambang dari muhabbah atau kecintaan kaum muslimin kepada Zat Yang Maha Esa.

D. Kesenian Islam
Daerah kesenian islam meluas dari Timur sampai ke Barat. Perwujudan kesenian Islam, adakalanya berbentuk seni sastra, seni bangun, seni tulis, seni ukir, seni lukis, dan lain-lain. Serta terdapat di Indonesia, Malaya, India, Pakistan, Arabia, Turki, Tunisia, Maroko, Andalusia, dan negeri Islam lainnya dan dan tiap tiap negara mempunyai wujud sendiri yang berbeda corak ragam keindahannya. Dari segi seni bangunan dapat dilihat pada bentuk kubbah, lengkung atau arcade, tiang dan kapitelnya, menara azan, ragam hias dan lain-lain.

E. Masjidil-Haram
Merupakan Masjid yang tertua di permukaan bumi ini. Pada awalnya masjidil haram hanya sebuah lapangan terbuka, belum ada dinding yang membatasi yang ditengahnya adalah ka’batullah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab melakukan perluasan pada Masjidil Haram, begitu juga pada abad 26 H pada masa Usman bin affan. Kemudian pada masa dinasti Umaiyah dengan khalifah Abdul Malik bin Marwan mulai dilaksanakan usaha-usaha untuk menyempurnakan bangunan masjid serta diperluas dari masa sebelumnya.
Setelah agama islam sampai ke negeri Mesir, Persi, dan negeri lain yang telah tinggi peradaban dan kebudayaannya, bangsa arab terbuka untuk mempelajari seni bangun, sehingga timbul keinginan untuk mendirikan gedung-gedung dan masjid indah. Pada Masa Walid bin Abdul-Malik khlifah keenam bani umaiyah cita-cita untuk memperindah masjid dapat dilaksanakan. Mulai dari memberi pintu dan jendela dengan arcade dan dihiasi denga ukiran-ukiran yang indah, tiangnya dibuat dari batu granit. Singkat ceritanya masjidil haram tidak diperluas lagi sesudah masa Al-Mahdi.
Masjidil haram mempunyai tujuh buah menara azan. Pada tiap-tiap penjuru terdapat sebuah menara, selain itu juga punya 17 buah bab dan 38 buah jendela. Sisi mesjid yang menghadap ke timur mempunyai empat buah bab dan 11 buah jendela. Sisi sebelah utara yang menghadap ke negeri Syam, mempunyai 5 buah bab dan 6 buah jendela, Sisi masjid yang menghadap ke barat mempunyai 3 buah bab dan 4 buah jendela, Sisi masjid sebelah selatan yang menghadap ke negeri Yaman mempunyai 7 buah bab dan 7 buah jendela.

F. Masjid Nabawi
Masjid Nabawi atau Masjid Madinah ditinjau dari sudut kesenian, nyatalah bahwa masjid masjid Madinah itu mengesankan pewujudan keindahan antara perkawinan cara cipta dari kesenian bangsa yang telah tua dan tinggi kebudayaannya. Corak naturalis dari seni Rumawi nyata mengesan pada tiang dengan kapitelnya. Ukiran dan relief kapitel-kapitel masjid itu mencoba mengganding motief naturalis yang sesungguhnya. Deretan pilar marmer dengan ruangan luas di tengahnya, mengembalikan ingatan kepada quarum pada bangunan orang rumawi. Hiasan-hiasan antefix pada bagian atas dinding yang sebelah luar mengesankan pengaruh cara cipta seni hias mesir.

G. Syiria
Syiria merupakan sebuah negeri yang terpenting dalam dunia Islam, terutama di kota Yarussalem amat penting artinya bagi ummat Islam karena di sanalah berdirinya Masjidil-Aqsha yaitu masjid yang ketiga sesudah Masjidil-Haram dan Masjid An-Nabi. Masjid ini awalnya adalah sebuah gereja Nasrani yang didirikan oleh kaisar Yustinian pada tahun 570 M. Mihrab masjid ini dihiasi dengan mozaik, di sana tertulis bahwa mihrab yang indah itu dibuat oleh Sultan Salahuddin pada tahun 583 H. Jendela kaca yang ada sebelah atas mihrab ini dibuat dalam abad ke 16, mimbarnya yang penuh dengan ukiran dibuat pada tahun 564 H. Bangunan ini memiliki dua buah sayap yang masing-masingnya mempunyai mihrab.

H. Damaskus
Bangunan penting yang terdapat di kota damaskus adalah masjid Madinah. Panjangnya dari sisi timur ke sisi barat 300 hasta. Di tengah-tengah terdapat sahan dan tiga buah kubbah. Kubbah disebelah barat dinamakan kubbah aisyah dan disangga oleh delapan buah tiang marmer berukir. Kubbah yang kedua yang disebelah timur dinamakan kubbah Zain al-Abidin. Kubbah yang ketiga terletak di tengah-tengah sahan. Bentuknya segi delapan dan disangga empat buah tiang serta dibawahnya ada pancaran air (fontain) dan tempat berwudu. Selain itu Masjid ini mempunyai empat buah mihrab dan empat buah gapura. Masjid umaiyah dibangun dengan bagus dengan ukiran dan tulisan arab. Jendelanya dari kaca yang berwarna, lantainya marmer, plafonnya dari kayu sanubar yang dilapisi dengan emas, mihrabnya dihiasi dengan fusaifisa dan permata yang mahal.

I. Bagdad
Kota bagdad menjadi saingan bagi kota Cordova di Andalusia karena keindahan dan kemasyhurannya. Kedua kota ini yaitu bagdad dan cordova, ganding-menggandingi dalam segala hal dan merupakan dua persaingan yang membawa pengaruh besar dalam perkembangan kebudayaan dan kesenian Islam. Kota bagdad yang baru didirikan itu, bundar bentuknya tidak ada pada waktu itu sebuah juapan kota-kota dunia yang demikian bentuknya. Di sekeliling kota dipagar dengan tembok batu yang tebal dan tinggi denga 4 buah gapura. Pada tembok kota terdapat 28 buah menara pengintip yang dikawal siang malam. Pada setiap gapura disebelah atasnya dibuatkan sebuah tribune, sebagai anjung peranginan.
Di tengah-tengah kota Bagdad yang besar itu, berdirilah Darul Khilafah yang amat indah bangunannya. Kubbah istana itu berwarna hijau 40 meter tingginya dari tanah. Di puncak kubbah berdiri sebuah arca seorang pahlawan berkuda yang sedang mengayunkan lembing. Arca itu terbuat dari perunggu dapat berputar-putar. Pada masa Harun Al-Rasyid, adalah masa kebangkitan. Dalam masa yang sangat singkat umat islam telah berhasil menyelami mutiara pengetahuan. Umat islam telah menarik sari-pati dari pengetahuan yang berharga itu, sebagai bahan dalam pembinaan kebudayaan islam yang baru.

J. Mesir
Dalam abad pertama dan masuknya islam ke negeri Mesir, belum ada perubahan baru, kesenian islam di mesir itu memuncaknya ialah pada masa negeri ini di bawah pemerintahan kerajaan Fathimiyah. Kota Qahirah yang kemudian terkenal dengan nama Kairo, menjadi pusat kesenia dan kebudayaan Islam. Waktu itulah seni bangun, seni ukir, seni tulis, seni keramik, dan lainnya berkembang subur sekali. Sultan Khumaraweih bin tulun telah mendirikan sebuah istana yang indah di tengah taman yang permai. Kebesaran kerajaan Fatimiyah meningkat pada masa Khalifah Al-Mustansir (1036-1094 M ), menurut seorang orientalis dan ahli sejarah bangsa perancis yang dikutip dari buku karangan Al-Maqrizy, mengatakan bahwa Istana pada zaman Al-Muntasir itu makmur itu negara kaya raya dan makmur, istana dan segala isinya tidak bernilai harganya, perbendaharaan raja penuh denga emas, permata, ya’kut, merjan, mutiara, delima, dan lainnya. Berjenis-jenis arca yang terbuat dari emas dan taman dilingkungan tembok istana.
Bangunan-bangunan yang ada di Mesir, dapat mencermikan pertumbuhan dan perkembangan seni bangun Islam. Di kairo berdiri berpuluh-puluh masjid yang dibangun dalam masa berlainan. Seperti Masjid Amru bin Ash, Masjid Ibnu Tulun, Masjid Al-Azhar, Masjid Qalawun, Masjid Sultan Hasan, dll.

K. Afrika Utara
Afrika utara pernah menjadi puncak kejayaan dan kebesaran Islam. Lebih-lebih ketika dibawah pemerintahan dinasti Al-Aghalibah (800-900 M). Kemajuan dalam lapangan kebudayaan serta mutu seni yang telah dimiliki oleh umat Islam digambarkan dengan banyaknya bangunan-bangunan Islam yang terdapat di Afrika Utara. Seperti Masjid Besar Qairuan yang indah denga dindin yang sebelah dalam dan langitannya penuh dengan ukiran dan tulisan dari ayat Al-Qur’an. Tiang-tiangnya yang besar terbuat dari batu pualam; relief yang menghiasi kapitel tiang pualam itu berbagai ragam motiefnya.

L. Kesenian Islam di Spanyol
Selaras dengan kemajuan cara berfikir ummat Islam pada masa itu, maka senui ukir dan seni hias mendapat kemajuan yang lebih pesat jauh lebih tinggi dari mutu masa lalu. Kemajuan tersebut nyata kentara dalam usaha melepaskan diri dari kungkungan motif yang amat sempit. Pengluasan motif dari bentuk alam cosmos dan alam botanis saja, adalah suatu perobahan yang berani dalam sejarah perkembangan seni rupa Islam. Oleh karena itu dalam masa kejayaan Islam di Andalusia mulai ditemui hasil-hasil seni skulptur dan seni lukis mengambil motif dari alam biologis atau makhluk bernyawa.
Ukiran yang menghiasi sebuah jambangan bunga besar yang terdapat dalam salah satu ruangan istana Alhambra, memperlihatkan suatu hasil kesenian yang tinggi, yang mencoba memperluas motif, namun masih ragu-ragu melukis makhluk yang bernyawa dalam bentuk yang naturalis. Lukisan dua ekor binatang yang berdiri berhadapan, kepalanya seperti burung unta tetapi badannya seperti badan giraf, binatang seperti ini hanya mungkin lahir dalam alam fantasi semata. Besar kemungkinan bahwa ia adalah hasil pemecahan antara keinginan dan tradisi.
Beberapa abad kemudian sesudah nabi wafat, yaitu sesudah agama islam mulai memasuki dan menguasai negeri-negeri yang telah tinggi peradaban dan kebudayaannya, maka terjadilah perobahan dan kemajuan dalam cara berfikir, terutama dalam menghadapi soal-soal yang baru, yang belum ada pada masa Rasulullah s.a.w. masih hidup. Umpamanya kemajuan dalam lapangan ilmu hayat membutuhkan berbagai jenis gambar binatang. Hyphothese yang dilakukan dalam laboraturium Perguruan Tinggi Kedokteran di Cordova menghendaki gambar-gambar anatomie manusia. Faham yang berangapan bahwa membuat sesuatu yang berbentuk makhluk bernyawa itu tidak diharuskan dalam agama islam, mungkin amat sulit dipertahankan terutama dalam abad modern ini.
Demikianlah kemungkinannya jalan fikiran ummat islam pada zaman kerajaan islam pada zaman kerajaan Islam berkuasa di Spanyol, sehingga dalam sejarah kesenia Islam di Andalusia itu banyak ditemui arca yang indah mutunya. Selain itu seni lukis berkembang dan mendapat tempat dalam pertumbuhan kebudayaan Islam. Lukisan berwarna yang amat besar dari Majelis Umara’ yaitu lukisan raja-raja Islam di Cordova yang menghiasi paflon sebuah ruangan Alhambra, cukup memenuhi syarat-syarat visuel dan geesteliyke element yang harus ada pada seni lukis.

Kamis, 29 Maret 2012

Sabtu, 24 Maret 2012

Ok deh..,kali ini bang wahid akan berikan trik cepat pasang baca selengkapnya atau read more pada blog secara otomatis. Jadi setelah kita pasang read more ini maka akan secara otomatis setiap postingan yang kita buat akan terpotong sendiri secara otomatis sehingga sangat sederhana dan praktistentunya bagi kita-kita yang tidak suka dengan keribetan..,
Banyak situs-situs yang memberikan bagaimana cara memasang read more tapi kebanyakan dari mereka memberikan cara memasang read more yang manual yang harus menentukan sendiri berapa panjang teks yang akan ditampikan pada halaman pertama tentu bagi orang yang awam dan gak mau repot akan merasa terbebani. Oleh karena itu, pada saat ini bang wahid akan mencoba berikan trik memasang read more yang otomatis..,
Langsung saja ya bagi yang berminat dapat melakukan trik di bawah ini..,
1. Login ke akun blogger anda
2. Klik rancangan
3. Klik edit html
4. Centang pada Expand Widget Template
5. Cari kode </head> atau ketik control+ F kemudian ketikkan </head> pada kolom pencarian dengan kemudian masukkan script di bawah ini tepat diatas kode tersebut.

<script type='text/javascript'>
var thumbnail_mode = "float" ;
summary_noimg = 250;
summary_img = 250;
img_thumb_height = 120;
img_thumb_width = 120;
</script>


<script type='text/javascript'>
//<![CDATA[
function removeHtmlTag(strx,chop){
if(strx.indexOf("<")!=-1)
{
var s = strx.split("<");
for(var i=0;i<s.length;i++){
if(s[i].indexOf(">")!=-1){
s[i] = s[i].substring(s[i].indexOf(">")+1,s[i].length);
}
}
strx = s.join("");
}
chop = (chop < strx.length-1) ? chop : strx.length-2;
while(strx.charAt(chop-1)!=' ' && strx.indexOf(' ',chop)!=-1) chop++;
strx = strx.substring(0,chop-1);
return strx+'...';
}


function createSummaryAndThumb(pID){
var div = document.getElementById(pID);
var imgtag = "";
var img = div.getElementsByTagName("img");
var summ = summary_noimg;
if(img.length>=1) {
imgtag = '<span style="float:left; padding:0px 10px 5px 0px;"><img src="'+img[0].src+'" width="'+img_thumb_width+'px" height="'+img_thumb_height+'px"/></span>';
summ = summary_img;
}


var summary = imgtag + '<div>' + removeHtmlTag(div.innerHTML,summ) + '</div>';
div.innerHTML = summary;
}
//]]>
</script>

6. Cari dan ganti kode <data:post.body/> dengan semua kode dibawah ini:

<b:if cond='data:blog.pageType != "item"'>
<div expr:id='"summary" + data:post.id'><data:post.body/></div>
<script type='text/javascript'>createSummaryAndThumb("summary<data:post.id/>");</script>
<span class='rmlink' style='float:left'><a expr:href='data:post.url'>READMORE - <data:post.title/></a></span>
</b:if>
<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'><data:post.body/></b:if>


Keterangan :


  1. var thumbnail_mode = "float";: Letak thumbnail berada di “float” kiri atau jika tidak silahkan ganti dengan “no-float”;
  2. summary_noimg = 250;: Jumlah karakter yang akan ditampilkan di posting tanpa gambar / thumbnail;
  3. summary_img = 250;: Jumlah karakter yang akan ditampilkan di posting dengan gambar / thumbnail;
  4. img_thumb_height = 120;: Tinggi thumbnail dalam ukuran piksel;
  5. img_thumb_width = 120;: Lebar thumbnail dalam ukuran piksel;
  6. READMORE-: Tulisan READMORE bisa diganti misalnya dengan “Baca Selengkapnya” dan apabila anda tidak ingin menampilkan judul dibelakang Readmore, Anda bisa menghapus code script ini .

Selesai
Klik Simpan/Save Template
Kemudian tinggal hasilnya dengan cara membuka blog anda..,semoga berhasil..!!